;

Sejarah Kudeta di Indonesia


NEW YORK, (TNI Watch! 16/2/2000). Versi resmi pemerintah selama ini
- terutama versi Suharto dan ABRI-nya ialah bahwa di Indonesia tidak pernah
ada kudeta. Ini yang dinamakan orang Amerika - bukan kebohongan -
"half-truth" (setengah benar setengah bohong). Karena
tidak pernah bisa
dibuktikan kebenarannya atau ketidak benarannya secara juridis formil.
Kita, rakyat Indonesia selama ini manut atau nrimo saja karena takut
dipenjarakan atau malah dibunuh kalau mengekspresikan diri. Karena sekarang
sudah ada demokratisasi maka kami berani menyanggah dalil pemerintah itu
berdasarkan fakta takta di bawah ini:

1. Seorang Jendral pro-Murba di Jogya - kalau tidak salah namanya
Djokosungkono - pernah mencoba kudeta terhadap Perdana Menteri (Syahrir atau
Hatta kalau tidak keliru lagi, karena buku buku sejarah dipinjam teman dan
biasa, tidak dikembalikan). Dan gagal. Ini boleh kita sebut "abortive coup
d'etat".

2. Masih segar dalam ingatan, pada tanggal 17 Oktober 1952, waktu
saya meliput Parlemen, Jendral Nasution dan pasukannya telah mengepung dan
menodongkan meriam-meriam besar ke gedung Parlemen dan Istana Negara.
Nasution telah diterima oleh Presiden Sukarno dan terjadilah "abortive coup
d'etat" lagi karena karisma BK. Bahkan ada yang mencurigai pertemuan 17
Oktober 1952 itu teleh menghasilkan "gentleman's agreement": pada suatu
ketika yang tepat, UUD '45 akan dihidupkan kembali sehingga kekuasaan mutlak
Presiden dipulihkan.

3. Menurut UUDS '50 yang berlaku waktu itu, Presiden hanya berkuasa
untuk membubarkan Parlemen hasil pemilu sekalipun, dengan syarat harus
melangsungkan pemilu baru dalam 30 hari. BK tidak berbuat demikian, dengan
dukungan Jendral Nasution dan AD-nya, ia membubarkan Parlemen dan
Konstituante hasil pemilu bebas 1955 dan menghidupkan kembali UUD '45 yang
sudah dikubur mati selama hampir sepuluh tahun. Apakah ini bukan kudeta? "A
bloodless, palace/consitutional coup d'etat?

4. Pada tanggal 30 September malam 1965, Kolonel Untung, komandan
pasukan pengawal Istana Negara Cakrabirawa telah menculiki dan membunuh para
Jendral pimpinan AD dan mengumumkan dibentuknya Dewan Revolusi, menghapuskan
semua pangkat Jendral yang dicurigainya bersekongkol dalam Dewan Jendral.

Namun beberapa jam kemudian pasukan Kostrad pimpinan Jendral Suharto
dan RPKAD pimpinan Kolonel Sarwo Eddhie berhasil menindas Untung dkk yang
didukung oleh satu Batalion Diponegoro yang "kebetulan" sedang berkemah di
stadion Senayan. Dan membantai massal lk 1 juta anggota PKI di Jateng, Jatim
dan Bali. Kudeta Untung ramai disebut "communists' abortive coup d'etat" di
seluruh dunia. Apakah kesemuanya itu bukan kudeta? Kudeta adalah kudeta,
berhasil atau gagal.

5. Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Sukarno yang sudah sakit
keras telah didatangi para Jendral kesayangannya (Amir Mahmud, Moh. Jusuf,
dll) yang menuntut surat perintah untuk pengamanan perang saudara yang sudah
hampir marak, bukan lagi antara yang pro dan anti PKI, melainkan antara yang
pro dan anti Sukarno yang masing masing mendapat dukungan di AB dan rakyat.

Akhirnya keluarlah apa yang disebut Surat Perintah 11 MARET 1966
(Supersemar). Supersemar yang merupakan perintah untuk pengamanan itu bukan
surat perintah penyerahan kekuasaan dari Presiden Sukarno kepada Jendral
Suharto namun ditafsirkan demikian oleh Suharto dan AD-nya sehingga
kekuasaan mutlak berhasil direbutnya. Sesudah mengantungi Supersemar,
Suharto malah meng-house arrest Presiden seumur hidup in communicado pula.
Apakah ini bukan kudeta?

Sementara itu Supersemar asli tentunya sudah dilenyapkan oleh
Suharto. Ini yang dinamakan "creeping bloodless coup d'etat" (kudeta
merangkak tak berdarah). MPRS akhirnya di "railroad" (digilas kereta api)
Suharto sehingga ia dipilih sebagai Presiden RI.

Ben Anderson dari Ithaca University pernah mau menelanjangi kudeta
Suharto ini namun sedemikian jauh tak berhasil. Lima rangkaian upaya kudeta
telah dicatat dalam sejarah Indonesia dan pemerintah dan AD tetap menyangkal
adanya kudeta.

Oleh Hidayat Supangkat *)

New York, 14 Pebruari 2000.

)* Wartawan Indonesia di AS/PBB






0 komentar:

Posting Komentar