;

KISRUH ANTAR KADER GMNI SURABAYA


Inna Simpang, 17 April 2008

Merdeka ……………………..!
GMNI Jaya ……………………!
Marhaen Menang ………!

Salam perjuangan untuk kawan-kawan GMNI seluruh Indonesia

Sedikit kami akan mengulas keadaan GMNI di Surabaya enam bulan terahir ini, hal ini akan menjadi refleksi bagi kami untuk melakukan gerakan kedepannya yang lebih baik. Konflik struktural yang mana terdapat dualisme kepemimpinan di DPC GMNI Surabaya tidak terselesaikan, hal menyebabkan pemfaksian dalam pola gerakan di Surabaya. Kader yang tidak pernah mengharapkan konflikpun terbawa dalam arus dualisme tersebut, alhasil, selama perjalanan gerakan GMNI di Surabaya tidak dapat menyatukan visi dalam menyikapi momentum lokal maupun nasional, tidak dapat konsentrasi terhadap kerja kerja politikbaik taktis maupun strategis yang seharusnya dilakukan bersama.dalam hal pembasisan, pengideologisasian, serta pemberdayaan marhaen.jadi tidak heran kalau ada orang yang melontarkan pertanyaan....kamu itu kader GMNI-nya sapa, si A atau si B?.
Sangat ironi, bagaimana GMNI mampu menyatukan kaum Marhaen Indonesia??? Dengan ukuran menyatukan GMNI saja belum mampu. atau bisa saja mampu tapi mungkin karena muncul kepentingan politis, sehingga tidak disatukan. Gagasan persatuan yang muncul dari kader-kader GMNI Surabaya pada awalnya ingin menciptakan kesamaan pola gerakan di Surabaya pada awalnya ingin menyamakan pola gerakan di GMNI Surabaya dengan logika bahwa harus ada penyatuan struktural maupun kultural dengan konsolidasi antar komisariat di Surabaya serta kedua DPC yang ada, namun yang terjadi adalah kerja-kerja perluasan jaringan dilingkup kepartaian di Surabaya, yang dilakukan oleh elit-elit DPC untuk kepentingan pribadi dan faksinya, bukan untuk kolektif DPC, karena pemaknaan bagi kader yang pragmatis bahwa konfercab merupakan media sumber menghasilkan kekuasaan yang lebih tinggi. Berangkat dari amanat kongres persatuan di pangkal pinang, secara langsung memberikan petunjuk bagi kader GmnI khususnya kota Surabaya bahwa perlunya persatuan struktural maupun kultural dengan menyelenggarakan konfercab persatuan agar tercipta kesamaan pola gerak di GmnI Surabaya, akan tetapi hal tersebut tidak lebih hanya dijadikan ajang perebutan kekuasaan, sehingga konfercab yang pada awalnya merupakan konsep persatuan tidak dapat terealisasi. Gagasan persatuan yang kami gagas pada awal tidak membuahkan hasil yang maksimal.
Konferensi cabang GMNI Surabaya merupakan titik klimaks dari upaya rekonsiliasi secara kultural maupun Struktural yang terjadi pada DPC GMNI Surabaya, namun tujuan dan maksud mulia tersebut terciderai sehubungan dengan diadakannya Konferensi Cabang GMNI Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 27-29 Juli 2007 yang bertempat di Wisma Transmigrasi Surabaya. Dalam konferensi tersebut terbentuklah struktural DPC GMNI Surabaya periode 2007-2009 dimana ketua terpilihnya  dari Komisariat FIsip Unair , sedangkan prosees dan mekanisme pemilihan yang terdapat dalam pelaksanaan konferensi tersebut tidak berdasarkan AD/ART sebagai aturan tertinggi organisasi. Karena konferensi tersebut telah melanggar AD/ART dan 18 Komisariat (tingkat fakultas dalam kampus) dari 21 komisariat defenitif menganggap konferrensi cabang tersebut tidak sah, akan tetapi 9 komisariat yang menolak konferensi cabang tertanggal 27-29 Juli tersebut melaksanakan konferensi cabang pada tanggal 23 Desember 2007 di Graha Wiyata Lt. 9 Universitas 17 Agustus 1945, serta mengahasilkan struktur Dewan Pimpinan Cabang GMNI Surabaya periode 2007-2009, dimana Hendri Ansori terpilih sebagai ketua DPC Surabaya yang berasal dari Komisariat Besar (Kombes) Untag Surabaya.
Pada hari kamis tanggal 17 April 2007 (kemarin) salah satu DPC GMNI Surabaya (Hasil Konfercab Tanggal 27-29 Juli 2008) melaksanakan pelantikan yang dihadiri oleh dua orang perwakilan presidium GMNI di hotel inna simpang, akan tetapi komisariat-komisariat yang tidak sepakat terhadap dualisme menganggap bahwa persatuan struktural dan kultural di GMNI di Surabya belum selesai, jadi dari sini sudah jelas bahwa presidium tidak mempunyai itikad baik pada penyelesaian permasalahan GMNI di Surabaya, namun saat komisariat hadir dan ingin membacakan Surat Keputusan Bersama (SKB) Komisariat-komisariat GMNI Kota Surabaya, pada saat berjalannya pelantikan DPC tersebut terjadi aksi pemukulan oleh beberapa anggota DPC GMNI Surabaya yang akan dilantik, sehingga terjadi keributan dalam ruangan tersebut. Korban pemukulan tersebut adalah sebastian dari kader GMNI Komisariat Ekonomi Unair, setelah itu korban melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Genteng, Surabaya, berkas perkara masihdalam proses kepolisian. Dalam ruangan tersebut juga memakan korban, yakni Anjar dari Komisariat Psikologi Untag, Agung dari Komisariat FIS Unesa, namun korban tersebut tidak sempat melaporkan ke kepolisian karena langsung dibawa ke kampus. Berikut ini kronologis penolakan Surat Keputusan Bersama (SKB) Komisariat-komisariat GMNI Kota Surabaya yang disertai tindak kekerasanpada acara Pelantikan DPC GMNI Surabaya, Hotel Inna Simpang, 17 April 2008 :

17.00 Wib Wakil dari Komisariat-komisariat GMNI Kota Surabaya menemui Presidium GMNI guna membahas penyelesaian dualisme kepemimpinan serta konflik di tubuh GMNI Surabaya. Pertemuan tersebut tidak mendapatkan itikad baik dari Presidium GMNI dalam menyelesaikan persoalan tersebut, serta cenderung mempunyai kepentingan politik. Hal ini ditunjukkan dengan sikap Presidium GMNI yang tidak menyepakati Surat Keputusan Bersama (SKB) Komisariat-komisariat GMNI Kota Surabaya. Wakil dari Komisariat-komisariat GMNI Kota Surabaya yang gagal menyampaikan aspirasinya kepada Presidium GMNI kemudian menunggu dimulainya prosesi pelantikan.

19.00 Wib Rangkaian acara pelantikan dimulai. Komisariat-komisariat GMNI Kota Surabaya memasuki ruangan pelantikan. Pada saat sesi pelantikan, satu perwakilan dari Komisariat-komisariat GMNI Kota Surabaya yaitu Sebastian, mengajukan interupsi. Maksud interupsi tersebut adalah ingin membacakan penolakan Surat Keputusan Bersama (SKB) Komisariat-komisariat GMNI Kota Surabaya. Baru dua patah kata Surat Keputusan Bersama (SKB) tersebut diucapkan, tiba-tiba panitia merampas mic dari tangan Sebastian. Kemudian terjadi aksi dorong oleh panitia. Setelah itu perwakilan-perwakilan Komisariat-komisariat GMNI Kota Surabaya yang lainnya hendak melerai aksi tidak simpatik yang dilakukan oleh panitia. Namun tindakan tersebut direspon panitian yang lainnya dengan sangat emosional. Sehingga terjadilah aksi pemukulan terhadap Sebastian oleh panitia yang berjumlah lebih dari 4 orang. Sebastian berusaha diamankan kawan yang lainnya. Panitia kembali merespon secara berlebihan dengan memukul kawan yang bernama Anjar dari Komisariat Psikologi Untag dan Agung dari Komisariat FIS Unesa. Aksi saling dorong pun terjadi hingga mengeluarkan paksa hampir 29 orang kader perwakilan Komisariat-komisariat GMNI Kota Surabaya yang berada didalam ruangan.

19.30 Wib Sebastian Korban yang merupakan kader GMNI Komisariat Ekonomi Unair melaporkan tindakan anarkis panitia pelantikan DPC GMNI Surabaya ke Polsek Genteng, Surabaya. Setelah melaporkan tindakan tersebut, perwakilan Komisariat-komisariat GMNI Kota Surabaya kembali ke kampusnya masing-masing dengan membawa kekecewaan terhadap sikap Presidium GMNI dan Panitia Pelantikan DPC GMNI Surabaya.

Berikut ini point-point Surat Keputusan Bersama (SKB) Komisariat-komisariat GMNI Kota Surabaya, yaitu antara lain :
1. Carateker -kan kedua DPC GMNI Surabaya hasil Konfercab 27-29 Juli 2007 dan 23 Desember 2007.
2. Menuntut Konfercab Persatuan ulang DPC GMNI Surabaya selambat-lambatnya 30 hari semenjak ditetapkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) Komisariat-komisariat GMNI Kota Surabaya, yang tertanggal 17 April 2008.
3. Menuntut Presidium GMNI agar bersikap netral terhadap permasalahan GMNI Kota Surabaya.

Atas terjadinya permasalahan di tubuh GMNI Surabaya yang belum terselesaikan hingga menimbulkan bentrok antar kader GMNI pada acara tersebut, maka dengan ini, kami Komisariat-komisariat GMNI Kota Surabaya mengutuk sikap anti-demokrasi dan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh DPC GMNI Surabaya, serta menuntut :

1. Tolak SK Presidium GMNI terhadap pengesahan DPC GMNI Surabaya.
2. Pembekuan DPC GMNI Surabaya pada pelantikan di Hotel Inna Simpang Surabaya, 17 April 2008.
3. Hentikan tindak kekerasan dalam berorganisasi.
4. Hentikan politisasi organisasi yang terjadi di tubuh DPC GMNI Surabaya.


PEJUANG PEMIKIR - PEMIKIR PEJUANG






0 komentar:

Posting Komentar